Sumber : Aburizal bakri Blog.
Amanat saat Musyawarah Pimpinan Nasional Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro 1957 di Makassar, 6 Juni 2011
Puji syukur ke hadirat Allah atas segala karunia dan nikmat-Nya, sehingga kita dapat berkumpul bersama, menghadiri Musyawarah Pimpinan Nasional Kosgoro 1957 yang diadakan di kota Angin Mamiri ini.
Kita semua perlu menjadikan Muspimnas Kosgoro 1957 ini sebagai
momentum yang tepat untuk bersilaturahmi antara seluruh ormas yang
berkiprah dalam Keluarga Besar Partai Golkar. Momentum silaturahmi hanya
bisa fungsional bila mampu menggalang kesatuan dan persatuan, mampu
mengefektifkan gerakan konsolidasi dalam kerangka penguatan soliditas
kita sebagai warga Partai Golkar, sehingga menjadi sebuah kekuatan yang produktif bagi kebesaran Partai Golkar dan kemajuan Bangsa.
Di samping itu, Muspimnas ini juga sekaligus dijadikan sebagai
momentum untuk merespons dan membahas berbagai masalah aktual bangsa
yang berkembang, sehingga kita dapat menemukan dan memberikan alternatif
solusi yang terbaik dan tepat bagi kemajuan
bangsa. Saya percaya bahwa Muspimnas Kosgoro 1957 ini akan mampu
merumuskan pemikiran-pemikiran konseptual untuk dapat dilaksanakan, baik
untuk kepentingan internal organisasi, maupun untuk kepentingan
masyarakat secara keseluruhan.
Saya ingin mengajak kita semua untuk melakukan refleksi historis atas
eksistensi, kiprah, dan relevansi organisasi Kosgoro 1957 hingga saat
ini. Sekitar 54 tahun lalu, Mas Isman dengan cerdas, genuine,
dan visioner dalam menatap jauh ke depan, tergerak mendirikan
organisasi yang kita cintai bersama ini. Kosgoro didirikan atas dasar
nilai filosofis yang sangat tinggi dan hakiki, sehingga kehadirannya
senantiasa dirasakan manfaat dan urgensinya di tengah-tengah perubahan
sosial-masyarakat dewasa ini. Nilai filosofis yang menjadi dasar
pembentukan organisasi Kosgoro 1957 sangat relevan dengan arah dan
orientasi kehidupan masyarakat modern. Nilai filofofis itu tercermin
pada Doktrin Tri Dharma Kosgoro 1957, yakni pengabdian, kerakyatan, dan
solidaritas.
Dengan doktrin Tri Dharma tersebut,
Mas Isman meletakkan dasar perjuangan Kosgoro 1957. Prinsip-prinsip
tersebut tidak akan lapuk ditelan zaman, bahkan sebaliknya, memberi
nilai yang senantiasa menjadi dasar bagi manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan semangat yang dilandasi doktrin Tri Dharma tersebut,
nilai-nilai ideologi Pancasila, senantiasa berkibar di Kosgoro, justru
ketika ditengarai nilai-nilai ideologi Pancasila tersebut sedangg
mengalami kemerosotan atau melemah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal tersebut menunjukkan, bahwa sejak
berdirinya Kosgoro senantiasa konsisten dalam menjaga, mengamalkan, dan
mengamankan ideologi Pancasila, serta berkontribusi nyata dan aktif
dalam menjaga eksistensi dan membangun bangsa.
Dalam perspektif ini, sejatinya Kosgoro 1957 senantiasa menjadi garda
terdepan bagi perjuangan Partai Golkar untuk mengamalkan Pancasila,
sekaligus melawan bila mana ada pihak yang ingin merongrong Pancasila.
Hal ini penting saya ungkapkan sebagai bagian dari refleksi kita, bahwa
Golkar didirikan dengan salah satu pendidirnya adalah Kosgoro, sebagai
respons terhadap adanya dinamika politik yang diwarnai oleh perdebatan
ideologis untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar – ideologi negara dan
falsafah bangsa Indonesia. Itu sebabnya, Partai Golkar senantiasa
konsisten menjadikan Pancasila sebagai ideologi perjuangan partai, sama
dengan ideologi negara Indonesia, Pancasila.
Hal tersebut saya kemukakan, karena saya tahu bahwa dalam sejarah
perjalanan sosial-politik, sebagai salah satu pendiri Golkar, Kosgoro
1957 tidak pernah lepas dari Golkar dan memang tetap selalu bersama
Partai Golkar di era reformasi, pada saat banyak ormas lain mencari
bentuknya sendiri. Hal ini menunjukkan, bahwa di satu sisi, Kosgoro 1957
merupakan sebuah organisasi yang memiliki komitmen yang kuat, dan
konsisten dalam prinsip perjuangan, dan di sisi lain menunjukkan bahwa,
betapa Partai Golkar dan Kosgoro 1957 ibarat dua sisi mata uang yang
tidak terpisahkan, terutama karena adanya ikatan historis, ikatan
ideologi perjuangan, dan visi yang sama tentang Indonesia masa depan,
membangun kemandirian bangsa menuju negara kesejahteraan (welfare state).
Karenanya, ke depan saya tetap dan sangat berharap agar Keluarga
Besar Kosgoro 1957 dapat lebih memainkan peran sentralnya sebagai agen
perubahan sosial, terutama dalam memberikan akses pada masyarakat luas
dalam pemberdayaan ekonomi yang memang menjadi ciri karakter Kosgoro
sejak berdirinya, seraya melakukan kaderisasi yang lebih luas, karena di
sanalah sesungguhnya semangat doktrin Kosgoro 1957 dapat diwujudkan.
Saya mencermati, Kosgoro 1957 telah berhasil dan mampu memainkan
peran gandanya secara tepat . Di satu sisi, Kosgoro 1957 berdiri tegak
sebagai sebuah ormas yang konsisten pada ciri karakternya, dan di sisi
lain Kosgoro 1957 berdiri sebagai organisasi yang mendirikan dan
menyalurkan aspirasinya kepada Partai Golkar. Inilah yang membuat Partai
Golkar selalu yakin, percaya, dan sekaligus bangga, untuk senantiasa
bersama Kosgoro 1957 dalam berjuang membangun bangsa dan negara.
Mencermati dinamika dan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa
dewasa ini, di suatu sisi, membuat kita sangat prihatin, namun di sisi
lain tentu kita semakin tertantang untuk mencarikan solusi konprehensif
bagi kemajuan bangsa. Kompleksitas permasalahan bangsa dapat kita lihat,
antara lain, dalam bidang ideologi, politik, hukum dan ekonomi.
Di bidang ideologi, kita masih melihat adanya gejala kemerosotan atas
implementasi nilai-nilai ideologi Pancasila dalam peraktek kehidupan
kebangsaan. Hal tersebut, antara lain, ditandai menguatnya ancaman
disharmoni sosial, mengedepannya sentimen primordial, pengingkaran atas
realitas pluralisme bangsa yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,
dan bahkan masih adanya gerakan-gerakan yang ingin merongrong
Pancasila. Dalam kerangka itu, seringkali saya sampaikan bahwa
kesenjangan yang paling mendasar dihadapi bangsa dewasa ini, adalah
kesenjangan ideologi dan visi tentang Indonesia masa depan.
Di bidang politik, di samping masih adanya “masalah konstitusi” yang
ditandai adanya kerancuan dalam praktik ketatanegaraan di mana di satu
sisi konstitusi mengisyaratkan sistem pemerintahan presidensial, tetapi
di sisi lain juga membuka ruang sistem politik multipartai, juga adanya
disharmoni antarlembaga negara yang berpotensi memunculkan konflik
kelembagaan, checks and balances sering
kali lebih ditempatkan dalam menyelamatkan kepentingan parsial dari
pada memperkuat fungsi negara, sistem pemilu yang belum menjamin
wakil-wakil rakyat yang berkualitas, sistem pemilu belum mencerminkan
format yang ideal, dan bahkan kita masih sangat jauh dari kehidupan
demokrasi yang berkualitas sebagai implementasi demokrasi substansial,
komunikasi politik kita masih diwarnai intrik, bukan perdebatan
konseptual, dan sebagainya.
Di
bidang Hukum, kita masih melihat bahwa pelaksanaan proses penegakan
hukum yang terjadi selama ini, di samping belum memberikan kepastian
hukum, juga belum mencerminkan rasa keadilan masyarakat, masih adanya
politisasi hukum, terkesan masih ‘tebang pilih’, mafia hukum dan
permasalahan internal lembaga penegak hukum yang membuat turunnya
kepercayaan masyarakat, dan sebagainya.
Di bidang pembangunan ekonomi, kita masih melihat bahwa pembangunan
yang dilaksanakan belum merata, dan bahkan belum menyentuh sebagian
besar lapisan masyarakat perdesaan, belum banyaknya pelaku ekonomi
nasional dan daerah terlibat dalam mendorong proses pertumbuhan ekonomi
masyarakat, sehingga masih terasa adanya ketimpangan dan kesenjangan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, yang tentu saja hal ini
sewaktu-waktu dapat memicu adanya konflik sosial dalam masyarakat. Kita
masih jauh dari cita-cita negara kesejahteraan. Rakyat Indonesia masih
banyak yang belum sejahtera kehidupannya. Masih banyak rakyat yang belum
terjamin kebutuhan-kebutuhan pokoknya, belum memperoleh akses
pendidikan dan kesehatan yang layak, dan sebagainya.
Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan itu, Partai Golkar dengan motto Suara Golkar Suara Rakyat, senantiasa memberikan perhatian secara mendalam, antara lain, dengan mengembangkan program Membangun Indonesia dari Desa,
memperjuangkan dana aspirasi bagi pembangunan desa/daerah, memelopori
upaya memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana yang
selalu saya sosialisasikan dengan motto Bangkit Bersama Pengusaha Kecil dari Sabang sampai Merauke.
Selain permasalahan ekonomi, berbagai permasalahan lainnya juga perlu
memperoleh perhatian kita bersama. Terhadap berbagai permasalahan
bangsa tersebut, kita mencatat bahwa kapasitas institusi dan kelembagaan
negara, belum sepenuhnya mampu menjawab itu semua, dan kondisinya makin
krusial karena konstruksi dan modal sosial masyarakat kita turut
melemah. Semua ditengarai, antara lain, terutama karena melemahnya
nasionalisme dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berkaitan dengan fenomena tersebut, dalam kesempatan ini perkenankan
saya mengajak kembali kepada Keluarga Besar Kosgoro 1957 khususnya, dan
masyarakat luas untuk mereaktualisasi ideologi Pancasila dalam setiap
program kerja dan kehidupan keseharian kita. Pancasila adalah dasar dan
ideologi negara, serta falsafah bangsa yang kita yakini bersama mampu
menyatukan dan mengokohkan kita dalam kebersamaan sebagai suatu bangsa
yang majemuk/plural dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Terus terang, akhir-akhir ini Partai Golkar juga cukup prihatin atas
dinamika kehidupan kebangsaan kita, yang antara lain diwarnai
mengemukanya sikap-sikap saling curiga satu sama lain dalam kehidupan
sosial dan politik, yang menimbulkan suasana gaduh dan tidak sehat. Kita
khawatir, apabila yang mengemuka adalah intrik-intrik politik,
cara-cara berpolitik yang tidak sehat, serta politicking yang
mengemuka dalam dinamika kehidupan politik kita, maka bukan tidak
mungkin kualitas politik kita akan jatuh merosot pada titik nadir atau
titik terendah, yang menempatkan bangsa hidup dalam proses
marginalisasi.
Bagi Partai Golkar, situasi seperti itu tidak boleh dibiarkan, karena
di samping memperkeruh suasana, juga akan menimbulkan instabilitas
politik yang sangat fatal, mengingat kerja-kerja politik kita tidak akan
efektif bagi kemaslahatan masyarakat, bangsa, dan negara. Kita harus
membangun iklim politik kita secara sehat dan kondusif bagi kehidupan
dan praktik demokrasi yang fair dan lebih bermartabat. Maka, seharusnya
kita menjaga kepercayaan rakyat kepada
partai-partai politik, sebagai sarana memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan mendasar mereka. Tidak boleh
membiarkan kepercayaan rakyat kepada partai-partai politik merosot
tajam, karena hal seperti itu, tidak hanya membuat partai-partai
kehilangan kepercayaan, tetapi juga akan memengaruhi kemerosotan
kualitas demokrasi bangsa kita.
Dalam konteks ini, sebagai partai politik, Partai Golkar senantiasa
konsisten untuk menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal di
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara –sehingga
Partai Golkar tidak akan kehilangan jatidirinya sebagai partai politik
yang mengedepankan motto Suara Golkar Suara Rakyat, The Party of Ideas, Lokomotif Pembangunan Bangsa dengan
ciri dan karakter kekaryaan, serta senantiasa pada garda terdepan
menjadi pejuang dan pelaksana untuk mewujudkan cita-cita proklamasi
1945, pembela serta pengamal Pancasila.
Melalui Muspimnas ini, selain konsolidasi dan reaktualisasi kebijakan
dan program Kosgoro 1957, saya juga berharap agar Catur Sukses Partai
Golkar terus-menerus didengungkan, agar tetap segar dalam ingatan kader,
bahwa fungsi keormasan Kosgoro 1957 tidak dapat terlepas dari tugas
politik sebagai organisasi yang ikut membidani kelahiran Golkar.
Kita
semua harus tetap berpegang pada komitmen mewujudkan tercapainya empat
amanat Munas VIII Partai Golkar, yang lebih populer dikenal sebagai
Catur Sukses Partai Golkar, yaitu sukses konsolidasi dan pengembangan
partai; sukses kaderisasi dan regenerasi; sukses pembangunan demokrasi
dan pembangunan berkelanjutan; serta sukses pilkada 2010-2014, Pemilu
Legislatif dan Pemilu Presiden 2014. Kita harus terus melangkah dalam
suasana yang penuh dengan kebersamaan, memantapkan peran dalam
mewujudkan tujuan Partai Golkar yang identik dan sejalan dengan tujuan
negara.
Langkah-langkah strategis berupa kebijakan dan implementasi program kerja, harus terus disinergikan untuk
mewujudkan Catur Sukses tersebut. Namun, saya juga perlu
menggarisbawahi, bahwa muara dari itu semua berpuncak pada kemenangan
Partai Golkar pada berbagai pilkada, pemilu legislatif dan pilpres 2014,
mengingat hal tersebut merupakan terminal perjuangaan yang dituju
Partai Golkar bersama ormas-ormas pendukung dan keluarga besarnya, untuk
dapat secara langsung mengendalikan kehidupan kenegaraan yang lebih
konkret, untuk membangun kemandirian bangsa menuju negara kesejahteraan.
Karenanya, persiapan sedini mungkin oleh segenap Keluarga Besar
Partai Golkar, harus terus diaktualisasikan dalam kinerja yang lebih
konkret di tengah-tengah perilaku dan kecenderungan pilihan politik
masyarakat yang cenderung sangat dinamis. Upaya ke arah itu tidak
mungkin terlepas dari pembinaan, penggalangan dan pemberdayaan
masyarakat yang lebih terarah dan terpadu, mengefektifkan peran dan
fungsi lembaga pemenangan pemilu melalui peran optimal kader,
peningkatan citra, dan popularitas serta akseptabilitas Partai Golkar
oleh semua kader. Hal ini sesuai dengan strategi Partai Golkar yang
mengedepankan pendekatan kampanye secara permanen melalui karya
kekaryaan.
Pada kesempatan ini pula, selaku Ketua Umum DPP Partai Golkar, saya
ingin menyampaikan bahwa Pimpinan Partai Golkar merasa sangat beruntung
memiliki ormas-ormas pendukung yang progresif dalam mencetak kader-kader
potensial, militan, dan senantiasa dapat diandalkan. Peran dan
kontribusi Kosgoro 1957, dalam konteks ini, tidak dapat diragukan lagi.
Karenanya, sekali lagi saya perlu menyampaikan apresiasi
setinggi-tingginya kepada Kosgoro 1957, untuk bersama Partai Golkar
melakukan kerja-kerja dan karya nyata yang terbaik bagi masyarakat,
bangsa, dan negara. Karena, rakyat butuh karya nyata melalui kenyataan,
bukan janji melalui pernyataan.
Sampai saat ini, Kosgoro 1957 masih efektif memainkan diri sebagai
ormas yang produktif di tengah-tengah kegalauan akan nasib bangsa ini,
yang masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan yang nyata:
kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan masih mudah kita jumpai di
mana-mana. Itulah yang membuat kita semua bangga dengan eksistensi dan
kiprah Kosgoro 1957, yang tetap andal dalam memainkan peran-peran
strategis sebagai ormas yang mendirikan dan konsisten mendukung serta
membesarkan Partai Golkar.
Sebagai bagian akhir dari amanat ini, saya ingin mengingatkan bahwa
semangat dan sekaligus amanat Munas VIII Partai Golkar adalah bangkit
dan merebut kemenangan dalam seluruh pertarungan politik, yang berpuncak
pada kemenangan Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014. Dengan demikian,
Partai Golkar mampu tampil sebagai partai utama dalam kehidupan politik
di Indonesia. Dalam konteks inilah, peran Kosgoro 1957 dan segenap
Keluarga Besar Partai Golkar lainnya, sangat besar untuk mencapai
kemenangan partai Golkar pada Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar